Senin, 30 Januari 2012

Sekolah

Sejarah Sekolah
Sejarah sekolah yang membawa kita ke sistem pendidikan seperti yang sekarang kita jalani dapat dilacak kembali ditahun 1837. Pada tahun itu seorang pria bernama Horace Mann diangkat menjadi Commisioner of Education (semacam menteri pendidikan) di Amerika. Horace Mann mempunyai latar belakang sebagai seorang pengacara. Ia tidak mempunyai anak sampai usia yang tua, dan ia sama sekali tidak memiliki pengalaman tentang cara mendidik anak. Ia juga tidak memiliki konsep pemikiran yang benar mengenai bagaimana seharusnya sekolah melakukan tugasnya dalam hal mengajar dan mendidik anak.

Keberadaan sekolah dengan metode pengajaran yang ada saat itu membuat ia sangat marah dan kecewa. Hal ini disebabkan cara pengajaran yang berlaku saat itu. Dimasa itu setiap murid, yang umumnya adalah anak laki-laki, hanya diajar dengan cara meminta mereka melafalkan pelajarannya. Setelah itu murid akan diminta untuk maju kedepan kelas dan melafalkan apa yang telah dilafalkan sebelumnya. Bila murid bisa melakukannya, maka ia dianggap telah berhasil mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan.



Memilih Sekolah Yang Tepat
Menurut John W. Santrock, Sekolah yang baik bagi remaja adalah sekolah yang memperhatikan dengan serius perbedaan dalam perkembangan individu, menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap kondisi remaja, dan memfokuskan kegiatan pada perkembangan sosial dan emosional, di samping perkembangan intelektual setiap peserta didiknya.

Berdasarkan jenjang pendidikan, SMP merupakan jenjang pendidikan dasar dibanding TK dan SD. Setelah SMP, jenjang berikutnya adalah SLTA dan perguruan tinggi yang merupakan pendidikan menengah tinggi. Berdasarkan jenis, SLTA terbagi dua, yaitu SMA dan SMK. 




Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya satu jenis , sementara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terbagi lagi menjadi Sembilan kelompok, yaitu sebagai berikut:
  • Kelompok teknologi dan industry (STM)
  • Kelompok bisnis dan manajemen (SMEA)
  • Kelompok seni dan kerajinan (SMIK)
  • Kelompok pariwisata (SMIP, SMTK, SMKK)
  • Kelompok kesenian (Karawitan)
  • Kelompok olahraga (SMA Olahraga)
  • Kelompok agama (Madrasyah Aliyah, pesantren)
  • Kelompok kesehatan dan obat-obatan (SPK, SMF, analisis kesehatan)
  • Kelompok kesejahteraan masyarakat

Jalur yang dapat ditempuh setelah menamatkan SMP, yaitu:

Jalur Satu
Setelah lulus SMP, siswa melanjutkan ke SMA lalu ke Perguruan Tinggi. Mengapa? Karena 90% pengetahuan yang diberikan di SMA memang dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Setelah lulus Perguruan Tinggi barulah bekerja dan mengembangkan karier.

Jalur Dua
Setelah lulus SMP, siswa melanjutkan ke SMK pilihannya berdasarkan bakat dan kemampuan. Kurikulum pendidikan kejuruan yang diterapkan di SMK memang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Dari seluruh pengetahuan yang diberikan di SMK, 60 % diantaranya disampaikan dalam bentuk praktik dan 40 % dalam bentuk teori. Oleh karena itu, setelah tamat SMK, seseorang telah memiliki persiapan untuk berkerja sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di sekolah. Setelah tamat SMK, seseorang juga dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi (kuliah) yang sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Jalur Tiga
Setelah lulus SMP langsung berkerja. Dalam berkerja itulah seseorang belajar sambil mengembangkan karier. Jadi, kalau kita tidak bisa melanjutkan sekolah setelah SMP, kita tidak perlu kecewa karena kita bisa ikut kursus keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat kita dan/ atau berkerja sesuai dengan peluang yang ada. 

Terima Kasih Telah Membaca ... :)
~3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar