Sejarah sekolah yang membawa kita ke sistem pendidikan seperti yang sekarang kita jalani dapat dilacak kembali ditahun 1837. Pada tahun itu seorang pria bernama Horace Mann diangkat menjadi Commisioner of Education (semacam menteri pendidikan) di Amerika. Horace
Mann mempunyai latar belakang sebagai seorang pengacara. Ia
tidak mempunyai anak sampai usia yang tua, dan ia sama sekali tidak memiliki
pengalaman tentang cara mendidik anak. Ia
juga tidak memiliki konsep pemikiran yang benar mengenai bagaimana seharusnya
sekolah melakukan tugasnya dalam hal mengajar dan mendidik anak.
Keberadaan
sekolah dengan metode pengajaran yang ada saat itu membuat ia sangat marah dan
kecewa. Hal
ini disebabkan cara pengajaran yang berlaku saat itu. Dimasa
itu setiap murid, yang umumnya adalah anak laki-laki, hanya diajar dengan cara
meminta mereka melafalkan pelajarannya. Setelah
itu murid akan diminta untuk maju kedepan kelas dan melafalkan apa yang telah
dilafalkan sebelumnya. Bila
murid bisa melakukannya, maka ia dianggap telah berhasil mempelajari materi
pelajaran yang telah diberikan.
Memilih Sekolah Yang Tepat
Menurut
John
W. Santrock, Sekolah
yang baik bagi remaja adalah sekolah yang memperhatikan dengan serius perbedaan
dalam perkembangan individu, menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap
kondisi remaja, dan memfokuskan kegiatan pada perkembangan sosial dan
emosional, di samping perkembangan intelektual setiap peserta didiknya.
Berdasarkan
jenjang pendidikan, SMP merupakan jenjang pendidikan dasar dibanding TK dan SD. Setelah
SMP, jenjang berikutnya adalah SLTA dan perguruan tinggi yang merupakan
pendidikan menengah tinggi. Berdasarkan jenis, SLTA terbagi dua, yaitu SMA dan SMK.
Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya satu jenis , sementara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terbagi lagi menjadi Sembilan kelompok, yaitu sebagai berikut:
Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya satu jenis , sementara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terbagi lagi menjadi Sembilan kelompok, yaitu sebagai berikut:
- Kelompok teknologi dan industry (STM)
- Kelompok bisnis dan manajemen (SMEA)
- Kelompok seni dan kerajinan (SMIK)
- Kelompok pariwisata (SMIP, SMTK, SMKK)
- Kelompok kesenian (Karawitan)
- Kelompok olahraga (SMA Olahraga)
- Kelompok agama (Madrasyah Aliyah, pesantren)
- Kelompok kesehatan dan obat-obatan (SPK, SMF, analisis kesehatan)
- Kelompok kesejahteraan masyarakat
Jalur
yang dapat ditempuh setelah menamatkan SMP, yaitu:
Jalur Satu
Setelah lulus SMP, siswa melanjutkan ke SMA lalu ke Perguruan Tinggi. Mengapa? Karena 90% pengetahuan yang diberikan di SMA memang dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Setelah lulus Perguruan Tinggi barulah bekerja dan mengembangkan karier.
Jalur Dua
Setelah
lulus SMP, siswa melanjutkan ke SMK pilihannya berdasarkan bakat dan kemampuan. Kurikulum
pendidikan kejuruan yang diterapkan di SMK memang dipersiapkan untuk memasuki
dunia kerja. Dari
seluruh pengetahuan yang diberikan di SMK, 60 % diantaranya disampaikan dalam
bentuk praktik dan 40 % dalam bentuk teori. Oleh
karena itu, setelah tamat SMK, seseorang telah memiliki persiapan untuk
berkerja sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di sekolah. Setelah
tamat SMK, seseorang juga dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi (kuliah)
yang sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Jalur Tiga
Setelah
lulus SMP langsung berkerja. Dalam
berkerja itulah seseorang belajar sambil mengembangkan karier. Jadi,
kalau kita tidak bisa melanjutkan sekolah setelah SMP, kita tidak perlu kecewa
karena kita bisa ikut kursus keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat
kita dan/ atau berkerja sesuai dengan peluang yang ada.
Terima Kasih Telah Membaca ... :)
~3
~3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar