Label

Tampilkan postingan dengan label Pengembangan Kepribadian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengembangan Kepribadian. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Mei 2025

Mengenali Potensi Diri Remaja: Menggali dan Mengembangkan Bakat dan Minat Remaja Untuk Masa Depan yang Lebih Cerah

“Belakangan ini, anak remaja saya yang saat ini duduk di kelas 9 sering kali membuat saya khawatir. Bukan karena pergaulannya, karena insya allah teman-teman dan lingkungannya baik. Bukan karena prestasinya, karena alhamdulillah nilai rapornya pun cukup memuaskan. Tapi karena dari kecil hingga saat ini, Ananda belum mempunyai cita-cita yang jelas. Kalau dilihat kemampuannya pun, seperti belum ada yang menonjol untuk dikembangkan. Bahkan Ananda pun belum tau mau melanjutkan ke SMA mana, padahal sebentar lagi Ananda akan segera lulus SMP.”

Mungkin Ayah Bunda juga sedang merasakan hal yang sama dengan cerita di atas? Ketika anak remaja Ayah Bunda diajak bicara tentang cita-cita, bakat, minat atau profesi impiannya, Ananda terlihat bingung dan tidak bersemangat. Bisa jadi itu adalah tanda bahwa Ananda butuh bantuan kita untuk membimbingnya dalam mengenali potensi diri. Ayo Ayah Bunda! kita belajar mengenali potensi Ananda, kita bantu Ananda untuk mengembangkan bakat dan minat Ananda untuk masa depan yang lebih cerah. 

Ketika kita membahas tentang potensi diri remaja, maka yang perlu diperhatikan adalah apa yang dikuasai (bakat) dan diminati oleh remaja. Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang perlu dikembangkan untuk menjadi sebuah keahlian khusus. Sementara, minat diartikan sebagai ketertarikan seseorang terhadap kegiatan atau bidang tertentu.

Kamis, 01 Mei 2025

Mengajarkan Remaja Meminta Maaf dan Memaafkan

Oleh: Triry Watuna

Pernahkah Ayah Bunda berselisih paham atau berbeda pendapat dengan Ananda di rumah? Pernahkah Ayah Bunda mendapatkan cerita bahwa Ananda sedang bertengkar dengan temannya di sekolah? Atau pernahkah Ayah Bunda merasa pusing melihat pertengkaran antara Ananda dengan adik dan kakaknya di rumah?

Jika Ayah Bunda pernah mengalami beberapa kejadian tersebut. Coba Ayah Bunda perhatikan, siapakah yang akan meminta maaf duluan? Maukah Ananda meminta maaf atas kesalahannya? Atau maukah Ananda memaafkan kesalahan orang lain? Jika Ananda terlihat belum mau meminta maaf atau memaafkan, Ayah Bunda jangan langsung kecewa ya. Meskipun Ananda sekarang berada di usia remaja, mungkin saja Ananda kita belum mengerti bagaimana cara untuk meminta maaf atau memaafkan.  Namun, belum ada kata terlambat bagi kita sebagai orang tua untuk mengajarkan Ananda bagaimana cara meminta maaf atau memaafkan di usia remaja.

Mengajarkan remaja untuk meminta maaf dan memaafkan adalah langkah penting dan sangat dianjurkan dalam agama Islam karena dapat membantu Ananda mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan karakter yang baik.

Meminta maaf adalah tindakan mengungkapkan penyesalan atas kesalahan yang dilakukan. Meminta maaf bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata, tetapi juga memahami kesalahan dan berusaha memperbaikinya. Sedangkan, memaafkan adalah sikap untuk melepaskan perasaan marah, kecewa dan terluka terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyakiti kita. Memaafkan dapat membantu Ananda melepaskan perasaan negatif dan mengembangkan empati serta merasakan ketenangan dalam hidup.

Berikut langkah-langkah mengajarkan remaja untuk meminta maaf :

1.      Berikan contoh langsung

Children See, Children Do. Ananda lebih mengikuti contoh perbuatan yang dilakukan orang tua. Nasihat dan kata-kata orang tua memang didengarkan oleh Ananda. Tetapi, yang lebih berpengaruh sebenarnya adalah keteladanan kita sebagai orang tua. Jika Ayah Bunda ingin Ananda terbiasa meminta maaf, mulailah dengan memberikan contoh. Misalnya, ketika Ayah Bunda tidak sengaja membentak Ananda, katakan, "Maaf ya Nak, tadi Mama salah." Dengan begitu, Ananda akan belajar bahwa meminta maaf bukan tanda kelemahan, tetapi sebuah keberanian.

2.       Mengembangkan kesadaran diri dan empati

     Ajarkan remaja untuk merenung sebelum meminta maaf. Bantu remaja untuk mengenali dan mengakui kesalahan mereka sendiri. Tekankan pentingnya bertanggung jawab atas tindakan dan dampak yang ditimbulkan. Ajarkan mereka juga untuk mempertimbangkan perasaan orang lain dan dampak dari tindakan mereka. Tanyakan, "Bagaimana perasaan temanmu ketika kamu melakukan itu?" atau “Apa yang terjadi pada dirimu saat kamu melakukan kesalahan itu?” Setelah kejadian, ajak Ananda untuk berbicara tentang apa yang terjadi dan mengapa itu salah. Ini membantu Ananda memahami dampak tindakan mereka.

3.       Beri apresiasi atas usaha Ananda

Setelah Ananda meminta maaf, berikan apresiasi atas usaha Ananda. Misalnya melalui pujian yang tulus. Contohnya, "Mama bangga banget kamu berani minta maaf tadi. Itu menunjukkan kamu adalah anak yang hebat”. Kalimat ini akan memperkuat perilaku positif mereka dan mendorong mereka untuk terus melakukannya.

4.       Konsistensi dan kesabaran

Seperti keterampilan lainnya, meminta maaf membutuhkan latihan dan konsistensi . Berikan kesempatan untuk berlatih dalam situasi yang berbeda. Ayah Bunda juga harus ingat bahwa belajar meminta maaf adalah proses yang memerlukan waktu. Bersabarlah dan teruslah mendukung Ananda dalam perjalanannya.


Lalu, bagaimana cara mengajarkan remaja untuk memaafkan kesalahan orang lain:

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengajarkan Ananda cara memaafkan kesalahan orang lain, yaitu:

1.      Memberikan contoh memaafkan

Ananda akan lebih mudah menyerap pengetahuan ketika Ananda melihat sendiri kemudian menirukannya. Agar Ananda mau memaafkan, maka kita sebagai orang tua harus memberikan contoh memaafkan terlebih dahulu. Memberikan contoh memaafkan bisa dilakukan dengan selalu berkata pada Ananda, “Iya Nak, Ayah Bunda sudah memaafkan.” Atau bisa juga dengan bahasa tubuh, seperti mengajak bersalaman dan saling berpelukan.

2.       Mengajarkan menyalurkan kemarahan 

Ajarkan Ananda untuk menyalurkan kemarahannya pada hobi atau bakat yang dimiliki Ananda. Misal: menggambar, menulis, atau bicara langsung pada orang yang membuatnya marah.

3.       Mengajarkan untuk bersikap ikhlas dan sabar 

Ajarkan Ananda untuk menghadapi permasalahan dan kesulitan dengan tenang dan sabar. Ayah Bunda pun harus mengajarkan Ananda untuk selalu beristighfar saat sedang marah. Ajarkan Ananda juga agar tidak perlu mengingat dan mengungkit kesalahan orang lain di kemudian hari

4.       Memberi pujian

Remaja senang sekali apabila mendapat pujian dari orang-orang di sekitar. Jadi, sebagai orang tua, jangan pernah ragu untuk selalu memberikan pujian kepada Ananda. Dalam hal apa pun, termasuk ketika Ananda mau memaafkan temannya. Memberi pujian pada Ananda dapat menjadi motivasi bagi Ananda untuk senang memaafkan orang lain.


Mengatasi Tantangan yang Mungkin Muncul

Mengajarkan remaja untuk meminta maaf dan memaafkan terkadang tidak selalu berjalan mulus. Akan selalu ada tantangan yang Ayah Bunda hadapi. Berikut beberapa tantangan yang mungkin Ayah Bunda hadapi dan cara mengatasinya:

1.       Ananda malu atau takut meminta maaf 

Jelaskan kepada Ananda bahwa meminta maaf bukan tanda kelemahan, tetapi keberanian. Ayah Bunda juga bisa membantu mereka dengan mendampingi saat mereka meminta maaf. Ayah Bunda juga bisa mencoba membuat rutinitas malam sebelum tidur, ajak Ananda merenungkan apakah Ananda  telah melakukan kesalahan pada hari itu. Jika iya, dorong Ananda untuk meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, termasuk anggota keluarga.

2.       Ananda sulit memaafkan

Jika Ananda merasa sulit memaafkan, berikan waktu. Jika ada orang lain meminta maaf kepada Ananda, sering kali kita sebagai orang tua langsung mengingatkan Ananda untuk memaafkan. Bahkan Ayah Bunda cenderung memaksa Ananda untuk langsung memaafkan. Memang benar, bila Ananda marah harus diingatkan untuk memaafkan. Namun berikan juga Ananda waktu untuk bisa memberi maaf dengan tulus tanpa terpaksa. Jelaskan bahwa memaafkan adalah cara untuk menyembuhkan rasa sakit hati, bukan melupakan kejadian tersebut. Kemudian, cari tahu apa yang membuat Ananda tidak mau atau menolak memaafkan. Bila Ananda sudah siap, Ayah Bunda bisa jadi perantara untuk membantu Ananda memaafkan.

Ketika Ayah Bunda mengajarkan, membimbing dan memberi dukungan kepada Ananda, maka Insyaallah Ananda dapat belajar untuk meminta maaf dan memaafkan serta membangun hubungan yang lebih positif dengan orang-orang di sekitar. Ananda juga akan mampu belajar dari kesalahan dan mengambil hikmah dari setiap kejadian serta mengembangkan diri menjadi individu yang lebih bijaksana. 



Senin, 17 Februari 2025

Menerapkan 5 Bahasa Cinta: Strategi Efektif dalam Mendidik Anak

 


Mendidik anak bukan hanya tentang memberikan pendidikan formal, tetapi juga tentang memberikan cinta dan perhatian yang anak butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, sering kali terjadi kesalahpahaman antara anak dan orang tua, terutama pada anak remaja. Anak remaja merasa bahwa orang tua seperti tidak mau mendengar dan memahami  mereka. Sementara orang tua merasa terkejut ketika anak remajanya mulai terkesan tidak mau mematuhi dan menghargai mereka lagi. Sehingga, hubungan anak remaja dan orang tua menjadi tidak baik-baik saja. Anak mulai merasa tidak mendapat kasih sayang dari orang tua. Sedangkan orang tua mulai merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya.

Jumat, 31 Januari 2025

Stop Bullying

Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Menurut, Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development, bullying dapat terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus. Terdapat beberapa jenis-jenis bullying. 

Bullying juga dapat diartikan sebagai bentuk perilaku yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menyakiti orang lain secara sengaja dan berulang kali. Bullying dapat berbentuk tindakan fisik dan verbal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Tiga kata kunci pada bullying, yaitu:

1. Perilaku menyakiti orang lain

2. Secara sengaja

3. Berulang kali dilakukan

Barbara Coloroso (2006:47-50) membagi jenis-jenis bullying kedalam empat jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Bullying secara verbal; perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.

2. Bullying secara fisik; yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.

3.  Bullying secara relasional atau sosial; adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar..

4. Bullying elektronik / cyber ; merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

 

Sebab-sebab munculnya perilaku Bullying

1.      Bullying terjadi karena tradisi turun temurun dari senior

2.      Keinginan untuk balas dendam karena dulu pernah mendapatkan perlakuan yang sama

3.      Perasaan ingin menunjukkan kekuasaan dan kekuatan (superior)

4.      Kecewa  karena orang lain tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

5.      Dorongan untuk mendapatkan kepuasan

6.      Dianggap  menghina atau mengganggu  kelompok tertentu (gank)

 

Dampak negatif bullying bagi orang yang menjadi korban

1.    Terganggu  fisiknya seperti cedera, terluka, sakit, dan sebagainya’

2.   Tertekan psikisnya (kejiwaannya) seperti takut, cemas, rasa tidak nyaman, resah,         tertekan dan gejala tekanan psikis lain.

3.     Pergaulan sosial terganggu, seperti minder, menyendiri, grogi, pendiam dan tertutup.

4.  Terganggu prestasi belajarnya seperti nilai jelek, tidak konsentrasi belajar, lupa mengerjalkan tugas, sampai menurunnya rangking atau tidak naik kelas.

 

Bagaimana Mencegah Bullying

Untuk mencegah agar kita tidak menjadi korban tindakan bullying anatara lain yang dapat kita lakukan adalah :

1.       Hindari membawa atau memakai  barang-barang mahal atau uang yang berlebihan

2.       Jangan sendirian terutama di tempat sepi

3.        Hindari cari gara-gara dengan pelaku bullying

4.      Jangan  berada di dekat dengan orang yang suka melakukan tindakan bullying Kenali dan perhatikan  pelaku bullying

5.      Jangan ikut-kutan  melakukan tindakan bullying dalam bentuk apapun.

 

Sedangkan Untuk melawan pelaku bullying kita dapat mengambil sikap sebagai berikut:

1.  Jadilah orang yang percaya diri dan tunjukan ketahanan diri bahwa kita tidak mau mengganggu dan diganggu.

2.   Bersikap  tenang saat ada yang mengganggu

3.   Jangan biarkan emosi terpancing

4.   Jika melihat ada teman yang menjadi korban, maka tolonglah korban dan laporkan

5.   Lakukan perlawanan diikuti dengan berteriak, lari atau tindakan apapun sambil mencari pertolongan

6.  Catatlah tempat, orang-orang yang terlibat dan jenis gangguan yang mereka lakukan, laporkan pada orang tua atau guru 

 

Selasa, 21 Januari 2025

Orang Tua adalah Guru Pertama bagi Anak

Anak adalah amanah yang dititipkan Allah SWT kepada orang tua. Kehadiran anak merupakan sebuah kebahagiaan yang memberikan begitu banyak doa dan harapan. Namun, di balik kebahagiaan dan doa serta harapan, ada sebuah tanggung jawab besar, berat, dan mulia yang harus orang tua tunaikan kepada anak.

Dalam sebuah hadits yang berbunyi "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani" (HR Bukhari dan Muslim) mengandung makna bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, yaitu suci dan murni. Orang tua adalah yang menentukan agama anak, apakah Yahudi, Majusi, atau Nasrani. 

Hadits ini juga mengingatkan orang tua untuk menjaga dan memelihara amanah yang Allah SWT titipkan kepada mereka, yaitu anak. Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah tersebut. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dalam pengasuhan, perawatan, perlindungan dan pendidikan.

Tanggung jawab memberikan pendidikan kepada anak tidak cukup hanya dengan menyekolahkan anak di lembaga pendidikan terbaik, membayar guru privat untuk belajar di rumah, menyewa baby sitter, menyiapkan dan menyediakan berbagai fasilitas belajar yang lengkap saja. Orang tualah guru pertama dan utama bagi seorang anak.

Orang tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial pertama bagi seorang anak. Orang tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak mengucapkan kata-kata dan berbahasa. Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Rabu, 15 Januari 2025

Parenting Gen Z: Mendidik Gen Z Menjadi Pemuda Islami yang Cerdas dan Mandiri

Generasi Z, sering disebut sebagai Gen Z, adalah generasi yang lahir setelah Generasi Milenial. Tahun lahir yang umumnya digunakan untuk Gen Z adalah sekitar tahun 1997 hingga 2012. Namun, batasan tahun ini bisa sedikit berbeda tergantung pada berbagai sumber dan penelitian. Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi digital sejak usia dini, serta memiliki karakter yang lebih terbuka dalam berkomunikasi, belajar dan bekerja dibandingkan generasi sebelumnya.

Gen Z mempunyai peran penting dalam membentuk masa depan masyarakat, termasuk dalam mencerminkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sebagai pemuda yang beragama, khususnya pemuda Islami, Gen Z memiliki karakteristik dan peluang yang unik dalam menerapkan  nilai-nilai islam ke dalam kehidupan sehari-hari yang semakin terhubung secara digital. Berikut beberapa karakteristik dan peluang Gen Z sebagai pemuda Islami:

1.   Digital Natives: Gen Z lahir di era digital dan internet, sehingga mereka sangat fasih dalam menggunakan teknologi. Mereka tumbuh dengan akses mudah ke smartphone, media sosial, dan beragam aplikasi digital yang memudahkan komunikasi dan informasi. Gen Z dapat memanfaatkan teknologi ini untuk menyebarkan nilai-nilai islam melalui media sosial, blog, dan aplikasi islami lainnya.


2. Pengaruh Media Sosial: Media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan Gen Z. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube adalah sumber utama hiburan, informasi, serta tempat untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang lain. Akses yang lebih mudah dalam mencari dan mendapatkan informasi memungkinkan Gen Z untuk lebih mendalami pengetahuan tentang islam. Mereka dapat menggunakan berbagai platform online untuk mempelajari Al-Quran dan hadist yang dapat memperdalam pemahaman tentang agama.


3.  Kemandirian dalam Belajar: Berkat akses informasi yang melimpah, Gen Z lebih mandiri dalam mencari pengetahuan. Mereka sering menggunakan internet untuk mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan keterampilan secara otodidak.


4.  Kepemimpinan: Gen Z memiliki potensi untuk menjadi pemimpin masa depan yang membawa perubahan positif. Mereka dapat menginspirasi sesama melalui tindakan nyata dan menjadi panutan dalam mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.


    Dengan karakteristik dan peluang-peluang tersebut, Gen Z memiliki kemampuan untuk menjadi agen perubahan yang memperkuat nilai-nilai islam dan menerapkannya dalam kehidupan modern yang terus berubah.

Lalu bagaimana pola asuh atau parenting yang cocok untuk mendidik Gen Z menjadi pemuda islami yang cerdas dan mandiri?

Kamis, 02 Februari 2012

Konsep Diri

Tugas
Isilah Tempat yang Kosong dengan Kata Sifat atau Kata Benda!!!

Waktu aku melihat diriku di cermin, aku merasa _______________ Aku suka _______________ dan ___________ ku, tapi aku tidak begitu suka _______________ dan ________________ Waktu aku masih kecil, aku sering merasa ______________. Setelah aku lebih besar, aku merasa _____________. Menurutku teman-teman menganggap tubuhku _______________.

Selasa, 03 Januari 2012

`Kekuatan Diri~

Nama                           :              
Kelas                            :
Tanggal Pelaksanaan      :

Pilihlah salah satu dari tiga pilihan pada masing – masing pernyataan di bawah ini yang paling sesuai atau mendekati diri anda.

Sabtu, 31 Desember 2011

Ekstrovert - Introvert

Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda positif (+), apabila sesuai dengan anda. Kemudian berilah tanda negatif (-), apabila tidak sesuai dengan anda!

Jujur - Pembohong

Berilah tanda positif (+) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda! 

NO
PERTANYAAN
JAWABAN
SKOR
YA
TIDAK TAHU
TIDAK
1.
Jika kamu menemukan dompet atau uang di lingkungan sekolah, apakah kamu akan menyerahkannya ke ustadz atau bunda

Mengenali Potensi Diri Remaja: Menggali dan Mengembangkan Bakat dan Minat Remaja Untuk Masa Depan yang Lebih Cerah

“Belakangan ini, anak remaja saya yang saat ini duduk di kelas 9 sering kali membuat saya khawatir. Bukan karena pergaulannya, karena insya ...